Jurnalis abal-abal juga menulis berita abal-abal?
Terkadang kita pernah berpikir, "jurnalis abal-abal juga menulis berita abal-abal atau tidak?" pasti diantara kita ada yang menjawab iya dan ada yang menjawab tidak. Untuk sekarang yang zamannya sudah modern dengan smartphone orang-orang bisa mendapatkan berita apa saja dengan menggunakan smartphone mereka. Untuk itu orang yang berprofesi sebagai jurnalis harus berhati-hati dengan berita yang akan mereka tulis, karena itulah dalam dunia jurnalistik sangat dibutuhkan orang-orang yang kompeten dalam menulis berita. Jurnalis sendiri pun harus mendapatkan berita yang terbaru dan sangat ramai dibahas untuk disampaikan ke masyarakat.
Dalam meliput berita tak sedikit, bahkan sudah dipastikan ada seorang oknum yang menjadi jurnalis abal-abal dengan hanya membawa kartu tanda pengenal sebagai jurnalis. Tidak hanya itu saja jurnalis juga mendapatkan kebebasan dalam meliput tapi itu semua harus dibarengi dengan kualitas jurnalis itu sendiri, jangan dikira ketika mendapatkan kebebasan dalam meliput kita bisa seenaknya saja dalam meliput berita. Semua itu sudah ada peraturannya dan sudah diatur dalam kode etik jurnalistik.
Di dalam jurnalistik, seorang jurnalis mempunyai kode etik dan kode etik itu sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Kode etik jurnalistik lahir pada tanggal 14 Maret 2006, digagas oleh gabungan organisasi pers dan ditetapkan sebagai Kode Etik Jurnalistik baru yang berlaku secara nasional melalui keputusan Dewan Pers No. 03/SK-DP/III/2006 tanggal 24 Maret 2006. Di dalam kode etik jurnalistik, terdapat empat asas yaitu,
- Asas Demokratis
- Asas Profesionalitas
- Asas Moralitas
- Asas Supremasi Hukum
Jadi jurnalis abal-abal juga menulis berita abal-abal atau tidak? sebenarnya hanya beberapa orang (oknum) jurnalis yang menulis berita abal-abal juga. Sebagai jurnalis lebih baik ikuti aturan yang berlaku dan menulis berita yang benar apa adanya, jika menulis berita yang abal-abal itu sudah melanggar aturan jurnalistik dan juga melanggar hukum.
